Studi University of New Hampshire menemukan bahwa 90 persen orangtua mengaku membentak anak-anak mereka, saat di usia 2 sampai 12 tahun, dalam setahunnya. Untuk menghindari jeritan dadakan, coba trik ini.
"Pada saat kemarahan ini terjadi, visualisasikan anak Anda sebagai bayi," kata Sandra P. Thomas, Ph.D., seorang profesor di University of Tennessee, Knoxville.
"Anak-anak yang lebih tua dan remaja tidak menggemaskan seperti bayi, dan kadang-kadang mereka bisa sangat menjengkelkan," jelasnya. "Ketika Anda mengingat mereka sebagai bayi-bayi, itu dapat melakukan beberapa kebaikan."
Jika kondisi tidak memungkinkan orangtua bisa menjaga jarak dengan menjauh beberapa menit saja agar situasi kembali pulih dan tenang. "Ambil waktu untuk keluar dan berjalan ke kamar lain, bahkan jika itu hanya untuk satu atau dua menit," ujar psikolog Laura J. Petracek, Ph.D.
Dan apabila kemarahan orangtua sudah menjadi-jadi, hal yang penting disadari adalah apa yang Anda lakukan adalah salah. Jangan menyerah pada godaan dengan menyalahkan anak sebagai pemicu ledakan amarah Anda. "Katakanlah, 'mama sangat kecewa, tapi mama seharusnya tidak membentakmu seperti itu. Itu salah mama kehilangan kontrol dengan cara seperti itu, dan mama sangat menyesal," saran Thomas.
Namun orangtua hendaknya jangan berlebihan dalam permintaan maaf (jika Anda memikirkan hal itu, dapat membuat anak merasa seolah-olah dia benar-benar menjadi korban) Kemudian berjanji bahwa Anda akan mencoba yang terbaik untuk tidak melakukannya lagi, buat anak Anda nyaman dan teruslah maju.
Sementara itu Psikolog Robert Puff menjelaskan, kemarahan orangtua akan berdampak pada anak. Semakin kecil anak, maka semakin besar dampaknya. "Ketika anak-anak kecil, kamu adalah dunia mereka," kata psikolog Robert Puff, Ph.D.
Senada dengan yang dikatakan psikolog Matius McKay, Ph.D., seorang profesor di Institut Wright di Berkeley, CA. "Ketika Anda marah, dunia mereka terguncang".
Namun dari kemarahan orangtua itu, anak-anak benar-benar mendapat sebuah pelajaran penting dari melihat Anda kehilangan kesabaran dan kemudian kembali tenang. "Ini memberikan kesempatan untuk menunjukkan anak-anak bahwa kita semua marah, tapi apa yang benar-benar penting adalah bagaimana kita memperbaiki hal-hal sesudahnya," kata McKay.
No comments:
Post a Comment