Sunday, September 4, 2011

Sel Punca dari Hewan Terancam Punah



Mandrillus leucophaeus 
 
Pada tahun 1972, pakar konservasi di San Diego melakukan pengambilan sampel sel kulit hewan terancam punah dan membekukannya. Harapannya, suatu saat ilmuwan lain bisa menggunakan koleksi sel untuk mencegah hewan terancam dari kepunahan.
Jeanne Loring dan ilmuwan lain di Scripps Research Institute saat ini berhasil mewujudkan harapan tersebut. Mereka berhasil menciptakan sel punca dari sel beku 2 spesies, monyet silver-maned drill (Mandrillus leucophaeus atau mandril bersurai perak) dan badak putih utara.
Publikasi MIT Technology Review, Minggu (4/9/2011) mengungkap bahwa sel punca diciptakan dengan teknik yang dikembangkan tahun 2007, disebut induced pluripotent stem (iPS) cell reprogramming. Intinya, teknik ini mengembalikan sel yang terdiferensiasi ke tahap sebelum terdeferensiasi.
Diketahui bahwa pada tahap sebelum terdeferensiasi, sel bersifat pluripoten. Artinya, dengan pemacu tertentu, sel bisa dikembangkan ke berbagai jenis sel, mulai sel kulit, tulang, saraf hingga sel sperma dan sel telur.
Setelah berhasil menciptakan sel punca dari 2 spesies ini, Loring punya beberapa rencana. Dalam jangka pendek, Loring berencana untuk membangun "kebun binatang" sel punca yang bisa dipakai untuk mempelajari genome hewan dan terapi sel punca bagi hewan penderita penyakit.
Dalam jangka panjang, ilmuwan berharap bisa menggunakan sel punca untuk bahan baku pembuatan sel sperma dan telur dari hewan langka. Cara ini berguna untuk mengatasi hambatan reproduksi pada hewan langka sehingga sangat membantu program konservasi, mencegah hewan dari kepunahan.
Loring mengatakan, langkah membuat sel sperma dan telur dari sel punca hewan terancam punah ini sangat memukau. "Membuat gamet dari sel punca belum biasa saat ini. Tapi ada beberapa laporan yang mengungkap bahwa ini bisa dilakukan di skala lab," katanya.
Lebih lanjut, langkah pembuatan sel gamet dari sel punca ini lebih efektif dari kloning. "Kloning tidak bekerja baik pada hewan terancam punah, frekuensi kesuksesannya sangat rendah. Dengan langkah ini, anda juga bisa membuat rekombinasi genetik."
Menanggapi penemuan dan rencana Loring, Robert Lacy dari Chicago Zoological Society dan chairman Conservation Breeding Specialist Group, International Union for Conservation of Nature mengatakan, penggunaan sel punca untuk konservasi mungkin akan menjadi langkah terakhir.
"Prospek penggunaan teknik ini untuk melestarikan genetik hewan terancam punah akan menjadi opsi terakhir setelah kita gagal melindungi spesies hewan lebih awal, lebih mudah, lebih murah dan lebih efektif," kata Lacy seperti dikutip BBC kemarin.
Tapi, satu hal yang perlu digarisbawahi, pembuatan sel punca ini membawa pakar konservasi dan genetika pada satu tujuan yang sama, yakni melestarikan hewan yang terancam punah. Saat ini, badak putih utara merupakan salah satu hewan yang populasinya kian merosot.

No comments:

Post a Comment